Pages

Sabtu, 14 Januari 2012

POJOK SERAMBI

POJOK SERAMBI

Hari kedua ujian. Kacau! Aku blank! Keluar dari ruang ujian aku langsung mengumpat diriku sendiri. Kenapa aku tidak mempersiapkan materi dengan baik? Mengapa aku tidak belajar maksimal? Mengapa? Entahlah… mengapa aku jadi luar biasa malas untuk belajar. Mengapa aku menjadi tak ada nyawa walaupun hanya sekedar untuk membuka materi ujian. Padahal ini adalah ujian akhir dimana bobot nilainya cukup berat. Kalau aku tidak serius bisa-bisa aku tidak lulus. Gawat! Ada apa ini sebenarnya? Ada apa dengan diriku? Mengapa sampai hari kedua ini aku belum menemukan semangat untuk melahap materi-materi ujian? Ada rasa hampa dan kemalasan yang bersarang dihatiku.
Dalam kehampaan hati dan pikiran tiba-tiba saja terlintas ide untuk mengunjungi sebuah tempat. Yaitu sebuah tempat dimana dulu aku begitu merasakan gairah semangat ketika belajar disana. Maka setelah menenangkan diri sejenak aku segera meluncur ketempat tersebut. Aku mengendarai motorku melewati jalan yang berbeda dari biasanya. Tempat ini memang memiliki jalur yang berbeda dari jalur ketika aku pulang. Hatiku rasanya tidak karuan ketika aku sampai disana. Segala macam perasaan tumpah ruah berdesak-desakkan menjelali ruang sempit hatiku. Tempat itu tetap abadi menjadi saksi bisu kisahku.Tempat itu adalah sebuah masjid. Ya dipojok serambi masjid itulah pernah ada cerita tentang persahabatan. Persahabatan yang terbentuk karena ada kesamaan rasa semangat untuk belajar.
Ketika aku sampai disana suasana masih sepi. Tak ada seorangpun yang nampak didalam maupun diluar masjid. Yang ada hanyalah burung-burung kecil yang sibuk mencari makan dan membuat sarang.  Belum ada orang yang akan menunaikan sholat dhuhur karena jam baru menunjukkan pukul setengah sebelas. Aku lalu melepas sepatuku. Aku langkahkan kakiku kesudut serambi itu. Kuarahkan hatiku untuk sekedar menengok masa lalu.
Dengan hati yang basah karena air mata yang telah merembes kedalam relung jiwa aku menghadirkan ketiga sosok manusia istimewa itu. Mereka hadir dalam pakaian putih abu-abu. Becakap-cakap. Berdiskusi dan sesekali berdebat tentang materi yang tengah mereka pelajari. “ini maksudnya apa sih?”, “lhohh kok gitu?”, ya ya sekarang aku mengerti!”, “ini kan gampang sekali tho?”, “aku gak ngerti maksudnya”, jadi seperti itu tho?”, “ wah makasih aku sekarang menemukan pencerahan”, “hahahahah”, “hehehe”, “huhuhu”, “jangan pada bercanda aja materinya masih banyak nih ayo belajar lagi”,”ayo!”
 Percakapan-percakapan itu begitu terdengar nyata. Ada suara-suara ragu penuh tanda tanya, ada suara kebingungan yang meminta untuk diberi penjelasan, ada suara ngotot akan sebuah pendapat, ada suara setuju, ada suara menentang, ada suara kesepakatan dan tentu saja ada suara tawa bahagia. Maka akhirnya suara-suara  menghadirkan rasa sesak yang memenuhi hatiku. Rasa itu adalah rasa rindu. Rindu pada mereka. Rindu pada masa itu. Sehingga  ditengah kenanganku aku berdoa semoga mereka tetap semangat belajar sama seperti ketika kami berkumpul di tempat ini.
Pelan-pelan aku mulai beranjak dari kenangan itu. Aku renungkan keadaan sekarang. Tentang mereka juga tentang aku. Mereka semua sekarang telah merantau. Pergi ketempat-tempat yang jauh untuk meneruskan semangat mereka. Semangat dari tempat ini. Semangat belajar! Sementara aku? Aku  tetap tinggal. Aku tetap berdiri pada tempat yang sama. Kehilangan semangat. Maka dari itulah aku kembali untuk melihat masih adakah semangat itu. Dan ternyata masih ada. Masih dapat aku temukan semangat dipojok serambi masjid ini.
Dalam hati yang gerimis bahkan deras oleh air mata aku bertekad untuk kembali semangat lagi. Aku harus semangat. Harus aku lalukan yang terbaik. Aku tak pernah tahu apa yang Tuhan siapkan untukku didepan sana. Walaupun kecil aku tetap berharap akan ada perubahan untuk jadi lebih baik. Maka dengan tekad yang mantab aku akan kembali belajar. Dan dengan langkah yang mantab pula kutinggalkan tempat itu. Kutinggalkan sepenggal memori yang pernah luar biasa indah yang mengisi hari-hariku. Kuucapkan terimakasih pada tempat itu. Kucapkan terimakasih pada memori itu.
Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead"
(Adele “Someone Like You”)

2 komentar:

  1. Huhu....

    Ah memang tempat yang sangat memberi kenangan. Semangat ko, jadikan sebagai motivasi.

    btw lagunya pas banget. suka :)

    BalasHapus
  2. heheh sip2. ue kapan ujian? harus juga semangat!

    BalasHapus