Hari kedua ujian. Kacau! Aku blank! Keluar dari ruang ujian aku
langsung mengumpat diriku sendiri. Kenapa aku tidak mempersiapkan materi dengan
baik? Mengapa aku tidak belajar maksimal? Mengapa? Entahlah… mengapa aku jadi
luar biasa malas untuk belajar. Mengapa aku menjadi tak ada nyawa walaupun
hanya sekedar untuk membuka materi ujian. Padahal ini adalah ujian akhir dimana
bobot nilainya cukup berat. Kalau aku tidak serius bisa-bisa aku tidak lulus.
Gawat! Ada apa ini sebenarnya? Ada apa dengan diriku? Mengapa sampai hari kedua
ini aku belum menemukan semangat untuk melahap materi-materi ujian? Ada rasa
hampa dan kemalasan yang bersarang dihatiku.
Dalam kehampaan hati dan pikiran tiba-tiba
saja terlintas ide untuk mengunjungi sebuah tempat. Yaitu sebuah tempat dimana
dulu aku begitu merasakan gairah semangat ketika belajar disana. Maka setelah
menenangkan diri sejenak aku segera meluncur ketempat tersebut. Aku mengendarai
motorku melewati jalan yang berbeda dari biasanya. Tempat ini memang memiliki
jalur yang berbeda dari jalur ketika aku pulang. Hatiku rasanya tidak karuan
ketika aku sampai disana. Segala macam perasaan tumpah ruah berdesak-desakkan menjelali
ruang sempit hatiku. Tempat itu tetap abadi menjadi saksi bisu kisahku.Tempat
itu adalah sebuah masjid. Ya dipojok serambi masjid itulah pernah ada cerita
tentang persahabatan. Persahabatan yang terbentuk karena ada kesamaan rasa
semangat untuk belajar.
Ketika aku sampai disana suasana masih
sepi. Tak ada seorangpun yang nampak didalam maupun diluar masjid. Yang ada
hanyalah burung-burung kecil yang sibuk mencari makan dan membuat sarang. Belum ada orang yang akan menunaikan sholat
dhuhur karena jam baru menunjukkan pukul setengah sebelas. Aku lalu melepas
sepatuku. Aku langkahkan kakiku kesudut serambi itu. Kuarahkan hatiku untuk
sekedar menengok masa lalu.
Percakapan-percakapan
itu begitu terdengar nyata. Ada suara-suara ragu penuh tanda tanya, ada suara
kebingungan yang meminta untuk diberi penjelasan, ada suara ngotot akan sebuah
pendapat, ada suara setuju, ada suara menentang, ada suara kesepakatan dan
tentu saja ada suara tawa bahagia. Maka akhirnya suara-suara menghadirkan rasa sesak yang memenuhi hatiku.
Rasa itu adalah rasa rindu. Rindu pada mereka. Rindu pada masa itu. Sehingga ditengah kenanganku aku berdoa semoga mereka
tetap semangat belajar sama seperti ketika kami berkumpul di tempat ini.
Pelan-pelan aku mulai beranjak dari
kenangan itu. Aku renungkan keadaan sekarang. Tentang mereka juga tentang aku.
Mereka semua sekarang telah merantau. Pergi ketempat-tempat yang jauh untuk
meneruskan semangat mereka. Semangat dari tempat ini. Semangat belajar!
Sementara aku? Aku tetap tinggal. Aku
tetap berdiri pada tempat yang sama. Kehilangan semangat. Maka dari itulah aku
kembali untuk melihat masih adakah semangat itu. Dan ternyata masih ada. Masih
dapat aku temukan semangat dipojok serambi masjid ini.
Dalam hati yang gerimis bahkan deras oleh
air mata aku bertekad untuk kembali semangat lagi. Aku harus semangat. Harus
aku lalukan yang terbaik. Aku tak pernah tahu apa yang Tuhan siapkan untukku
didepan sana. Walaupun kecil aku tetap berharap akan ada perubahan untuk jadi
lebih baik. Maka dengan tekad yang mantab aku akan kembali belajar. Dan dengan
langkah yang mantab pula kutinggalkan tempat itu. Kutinggalkan sepenggal memori
yang pernah luar biasa indah yang mengisi hari-hariku. Kuucapkan terimakasih
pada tempat itu. Kucapkan terimakasih pada memori itu.
Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead"
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead"
(Adele “Someone Like You”)
Huhu....
BalasHapusAh memang tempat yang sangat memberi kenangan. Semangat ko, jadikan sebagai motivasi.
btw lagunya pas banget. suka :)
heheh sip2. ue kapan ujian? harus juga semangat!
BalasHapus