Pages

Sabtu, 28 Januari 2012

Persimpangan Hati


Lembaran Hati Satu
Koko lagi bahagia karena  dia akan menyatakan cinta. Sudah lama ia memendam rasa pada seorang gadis yang menjadi teman satu kelasnya. Sudah berulang kali ia mencoba untuk menyatakannya tapi selalu gagal karena rasa malu yang terlalu menguasai dirinya. Namun hari ini berbeda entah karena sudah tidak tahan memendam perasaannya atau takut gadis yang dicintainya bakal direbut lelaki lain. Ia bertekad akan mengungkapkan perasaanya besok. Semalaman ia tak bisa tidur. Ia hanya berbaring diatas kasur sambil mereka kata-kata apa yang akan dia ucapkan untuk mengungkapkan perasaannya. Ditengah malam yang sunyi dan gerimis itu ia menulis sebuah puisi yang rencananya akan ia bacakan kepada calon pacarnya itu. Puisinya sederhana yang penting baginya adalah pesan yang ingin ia sampaikan jelas yaitu menyatakan cinta. Dalam secarik kertas putih bergaris itu ia menulis:

Lama aku telah mengenalmu
Add caption
Awalnya tak ada rasa
Hanya sekedar bersahabat hanya sekedar berteman
Tapi…
Ada getaran yang tak kumengerti
Yang pelan-pelan muncul didalam hatiku
Sempat tak kupedulikan getaran itu
Tapi…
getaran  itu mulai mengusikku
Ia menguasaiku ia bertahtah dihatiku
Kubertanya apakah getaran itu?
Aku mencari tahu 
Hingga akhirnya aku temukan arti dari getaran itu
getaran itu ternyata cinta.
Aku sadar aku mencintaimu
Dan aku mau kau jadi cintaku.
Koko tampak tersenyum-senyum sendiri setelah membaca puisinya. Tak bisa ia bayangkan bagaimana besuk ia akan membacakan puisi itu didepan gadis yang ia cintai. Ia merasa gentar . Tapi ia sudah membulatkan tekad untuk menyatakan cintanya. Malam ini koko benar-benar tidak bisa tidur. Ia gelisah pada peristiwa yang akan terjadi esok. Ia hanya bisa terbaring sambil sesekali membolak-balik tubuhnya diatas tempat tidur. Matanya terpejam tapi ia masih tersadar.
Keesokkan harinya.  Koko telah sejak tadi pagi berdadan didepan cermin. Kemarin ia sudah mempersiapkan baju yang bakal ia kenakan hari ini. Sebuah kemeja berwarna abu-abu dengan garis-garis hitam. Juga celana jeans yang memiliki warna senada dengan motif kemejanya. Hitam. Ia ingin tampil tenang dengan mengenakan pakaiaan yang tidak terlalu berwarna. Meskipun hatinya sedang luar biasa meriah, berwarna-warni karena cinta. Tak lupa Koko memberikan gel pada rambut cepaknya agar tampak basah dan tetap kuat tertata rapi. Juga ia semprotkan minyak wangi untuk membuatnya lebih percaya diri. Setelah meyakinkan dirinya bahwa penampilannya sudah oke ia kemudian beranjak dari kamarnya. Sebuah tas kulit selempang ia kenakan. Ia kemudian mengambil sebuak kotak yang terbungkus kertas kado diatas meja belajarnya. Kotak itu berisi sebuah boneka kura-kura yang nanti akan ia berikan kepada calon pacarnya. Calon pacarnya itu memang gemar mengoleksi pernak-pernik  berbentuk kura-kura.
Ia kemudian keluar kamar dan segera menuju ke garasi dimana motorya terparkir. Ketika akan menyalakan motor medadak ia kembali berlari kekamarnya. Koko tampak mencari-cari sesuatu. Selembar kertas yang berisi puisi ciptaannya tadi malam hampir saja tertinggal. Ia menemukan puisi tersebut terselip diantara buku-buku pelajarannya. Koko gembira. Diciuminya kertas itu. Ia terseyum dan tersipu malu membayangkan puisi itu sebagai calon pacarnya.
Setelah memastikan tak ada yang tertinggal koko memacu kendaraanya. Ia melaju dengan kecepatan sedang. Sambil bernyanyi lagu-lagu cinta ia mengendari motornya menuju rumah calon pacarnya itu. Pagi menjelang siang itu jalanan  memang agak ramai. Maklum hari ini adalah hari minggu. Pastinya banyak keluarga yang ingin menghabiskan waktunya diluar. Udara jadi tak sesegar pagi tadi. Apalagi langit malah mendung. Membuat suasana jadi agak suram. Bulan ini memang masih berada pada bulan basah dimana matahari agak malas untuk menyinari bumi. Dan awan-awan hitam yang begitu setia mengisi langit pada bulan ini. Tapi bagi koko itu bukan halangan. Ia tak peduli meski cuaca mendung. Bahkan ia tak peduli meskipun cuaca cerah. Bukan sesuatu yang perlu dikeluhkan karena hatinya sedang senang. Hatinya sedang dipenuhi bunga-bunga cinta.
 Rencananya hari ini ia akan menjemput calon pacarnya itu. Kemudian mereka berdua akan jalan-jalan ke taman kota. Sambil berwisata kuliner karena di taman kota banyak yang menjual makanan. Dari yang hanya sekedar tenda sampai café-café dengan berbagai konsep modern maupun tradisional. Disaat makan berdua itulah nanti koko bakal mengungkapkan perasaannya. Ia sudah sangat tidak sabar untuk segera sampai dirumah calon pacarnya. Sudah terbayang bagimana mereka berdua nanti akan jalan-jalan keliling taman sambil melihat bunga-bunga yang sedang merekah juga kupu-kupu indah yang saat ini sudah jarang terlihat karena miskinnya tanaman. Ah romantisnya. Koko tersenyum sendiri. Disatu sisi hantinya luar biasa bahagia tapi disisi lain ia resah. Bercampur hampir membuatnya gila. Detak jantungnya sampai terdengar jelas ditelinganya.
***
Tak terasa rumah calon pacarnya telah nampak didepan mata. Koko sedikit gemetaran sampai-sampai  ia lupa untuk melepaskan helmnya. Ia mengucapkan salam sambil tetap mengenakan helm.
“Assalamualaikum” koko mengcucap salam. Sejenak ia menunggu tapi tak ada jawaban. Ia pun mengulanginya dengan suara yang sedikit lebih keras.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam, eh koko udah nyampe, ayo masuk dulu” tampak seoarang gadis cantik memakai kaos warna bermotif kura-kura dan jeans model pensil menjawab salam dan mempersilahkan koko masuk. Gadis itu adalah calon pacar koko.
“hehehe iya” koko masih gugup.
“lhoh koko kok helmnya gak dilepas? Tenang disini nggak ada polisi kok, gak  bakal kena tilang deh kalo gak pake helm” canda calon pacarnya.
“hehehe iya” koko salah tingkah.
Koko lalu keluar melepas helmnya dan meletakkannya diatas jok sepeda motor miliknya.  Ia kemudian masuk kembali. Ia duduk sendirian diruang tamu kecil itu. Calon pacarnya sepertinya sedang sibuk membuat minuman.
“ini koko diminum tehnya seadanya nggak apa-apa ya? “ calon pacarnya datang sambil membawa dua gelas teh manis hangat.
“oh iya terimakasih. Maaf merepotkan”
Tanpa sadar koko langsung menyambar dan menegak segelas teh itu. Tenggorokannya memang kering karena jatungnya berdebar-debar. Ia gelisah. Ya, gelisah karena berhadapan dengan gadis yang dicintainya.
“aahh….” Koko tampak menghela nafas setelah menegak air itu sampai tandas.
“koko haus ya? mau aku buatin lagi?” tanya calon pacarnya.
“hah? Tidak usah. Hehehe” koko tersenyum malu karena tidak bisa menjaga sikapnya. Ia sempat memarahi dirinya dalam hati karena bertingkah konyol.
“jadi gimana hari ini? Jadi kita jalan?” tanya koko mengalihkan pembicaraan.
“emmm jadi, tapi aku boleh ajak seseorang kan koko?” calon pacarnya bertanya.
Koko agak terkaget. Tapi ia dapat menguasai dirinya untuk tidak berbuat konyol lagi.
“siapa?” tanya koko menyelidik.
“Lhah itu orangya datang”
Calon pacarnya kemudian beranjak keluar menyambut kedatangan seseorang. Koko pun melihat keluar. Seorang cowok mengenakan jaket kulit hitam dan kacamata berwarna coklat bening tampak sedang memarkir kendaraanya. Calon pacarnya kemudian menghampirinya melempar senyum malu-malu. Koko yang melihat gelagat calon pacarnya tadi jadi bersikap siaga. “Jangan-jangan dia…? Ah tidak mungkin” koko mencoba untuk tidak berprasangaka yang bukan-bukan.
Setelah membawa tamu tersebut masuk calon pacarnya kemudian mengenalkannya kepada koko.
“koko ini kenalin kiki” . koko lalu menjabat tangan kiki. Koko kemudian seolah tak sabar ingin mengetahui siap sebenarnya kiki itu.
“kiki ini siapa?. Dia yang mau ikut kita?
“hehehe iya?”
“kiki ini temenmu?. Kok nggak pernah cerita ke aku?”
“hehehe bukan” dari tadi calon pacarnya hanya menjawab pertanyaan koko dengan senyuman dan jawaban pendek. Ini membuat koko jadi merasa tidak karuan mengetahui fakta yang sebenarnya akan segera terungkap.
“lalu dia siapa?” koko bertanya dengan pelan. Dialihkan pandangannya pada kiki. Sekilas ia menilai wajah lelaki yang muncul tiba-tiba itu. Berkulit putih. Wajahnya bersih. Berhidung mancung dengan mata yang tajam. Tampan. Sebagai lelaki ia mengakui kalau lelaki yang bernama kiki itu memang tampan. Sangat jauh dengan dirinya yang berkulit hitam, hidung pesek dan wajah yang berjerawat.
“ gimana ya? hehehe, bisa dibilang temen deket sih, hehehe” jawab calon pacarnya dengan sangat pelan. Hingga yang terdengar seperti bisikan angin. Koko tersentak.
“apa?” ia ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
“iya koko dia temen deket alias pacar hehehe gimana ganteng kan?” calon pacarnya menjawab sambil melempar senyum pada kiki.
“DDDDDDDHHHHHERRRRRRRR……………………….”


Kedua orang itu terkaget mendengar petir yang tiba-tiba bergemuruh. Calon pacar koko dan  lelaki yang bernama kiki tampak berteriak. Tapi koko hanya terdiam, sekian detik ia tak sadarkan diri. Matanya kosong. Ia hanya terduduk lemah dikursi ruang tamu itu.
“koko kamu kenapa, kok tiba-tiba pucat gitu” calon pacarnya yang merasa aneh dengan koko kemudian mencoba bertanya. Tapi koko membisu. Ia seolah tak mendengar suara apapun. Sunyi. Dingin. Gelap dan mencekam.
“koko? Kenapa kamu sakit?” calon pacarnya kemudian mengoyang-goyang pudak koko.
Koko akhirnya tersadar. Ia seperti orang yang tiba-tiba dibangunkan dari tidurnya yang lelap. Tersentak. Terkaget-kaget.
“Koko gimana?kita jadi pergi nggak nih? kayaknya bentar lagi mau hujan”
“Iya nih benar sebentar lagi mau hujan” kiki menimpali.
Koko hanya diam. Ia justru sedang sibuk memperhatikan kedua pasangan kekasih itu. Serasi sekali. Tampan dan cantik.
“koko gimana?. Kita tunggu biar hujan turun sekaian saja kali ya?”
“oh iya” antara sadar dan tidak koko menjawab.
Hujan pun akhirnya benar-benar turun. Deras. Petirnya juga besar-besar. Menyambar-nyambar memekakkan telinga. Koko sejak dari tadi sudah melempar pandangannya keluar. Melihat hujan. Ia tidak sanggup melihat calon pacarnya bercanda berdua-dua dengan kiki. Mereka berdua tertawa-tawa. Cubit-cubitan. Dan mengangap bahwa koko tidak ada disitu.  Lalu tiba-tiba saja dipikiran koko muncul sebuah ide. Ia akan beralasan kalau ia ada janji dengan ayahnya untuk pergi kerumah saudara. Ia ingin segera pulang. Hatinya sudah tak kuat lagi. Terlalu sakit.
“Eka maaf aku lupa kalau ternyata hari ini aku ada janji sama ayahku untuk berkunjung kerumah saudaraku, aku pulang dulu ya?” calon pacarnya yang bernama eka itu agak kaget mendengar koko yang tiba-tiba ingin pulang.
“lhah… kok gitu, katanya kita mau main bareng?. Lagian masih hujan deras gini”
“nggak apa-apa aku bawa jas hujan kok, aku pamit ya?” tanpa memperdulikan lagi eka dan kiki. Koko langsung melangkah keluar.
“koko, jangan nekat, hujannya deras sekali nanti motormu malah mogok ditengah jalan! Lagian besuk kita masuk sekolah, kamu nggak mau sakit kan?”
Tapi koko sudah tak tahan lagi dengan suasana yang ada diruang tamu itu. Koko seperti orang kesetanan mengenakan jas hujannya. Terburu-buru. Tergagap-gagap. Lalu dengan membunyikan klakson sebagai tanda pamit ia melesat meninggalkan rumah calon pacarnya. Maka untuk kesekian kalinya koko gagal lagi untuk mengungkapkan perasaannya. Hatinya tumbang. Bunga-bunga cinta yang tumbuh dihatinya ternyata hanya calon. Ia tidak pernah benar-benar berbunga menjadi miliknya sepenuhnya.
 Bumi kali ini benar-benar kualahan menghadapi amukan hujan. Air seolah ditumpahkan dari langit tiada henti. Luar biasa deras. Dimana mana air menguasai sudut sudut tempat juga suasana. Basah. Tanah maupun aspal sudah sejak tadi tergenang. Pohon-pohon sudah tidak sanggup menyerap derasnya air hujan. Udara juga sudah dipenuhi dengan titik-titik air. Penuh sesak sehingga mengurangi jarak pandang. Udara menjadi seperti berkabut.
Ditengah hujan yang luar biasa deras itu koko memacu motornya. Ia melaju dengan kencang. Kalap!  Hatinya baru saja terluka. Perih.  Dadanya terasa sesak bukan karena hawa dingin tetapi peristiwa yang menggoncang hatinya. Maka  diantara petir-petir yang menyambar-nyambar ia menjerit. Panjang. Bukan pula karena takut akan suara petir tetapi karena ia ingin melepaskan kesakitannya. Ia ingin mengobati lukanya. Tanpa sadar air matanya pun terjatuh. Mengalir bercampur bersama aliran air hujan yang menerpa wajahnya.  Air mata yang hangat itu seketika berubah menjadi beku karena bercampur dengan dinginnya air hujan.
***
Sudah satu minggu ini koko menghindar dari Eka. Disekolah ia selalu bersembunyi ketika melihat Eka. SMS darinya juga tidak pernah lagi ia balas. Ia ingin menenangkan diri sejenak. Ia sedang mencoba untuk menata kembali hatinya  setelah hancur oleh kenyataan yang tak pernah ia sangka.
Malam ini koko tiba-tiba saja merasa begitu rindu dengan Eka. Satu minggu tanpa kehadiran dirinya memang terasa hambar. Koko ragu-ragu untuk memulai hubungan. Ia takut hatinya akan marah. Ia juga takut hatinya akan kecewa. Bahkan terluka lagi. Tapi koko berusaha untuk melawan semua perasaan negatif itu. Ia pun memutuskan untuk menelpon gadisnya itu. Dengan menarik nafas dalam dan menghempaskannya dengan keras koko mencoba untuk melepaskan beban yang terasa menyesakkan dadanya. Dengan tangan yang gemetar ia menekan tombol-tombol diponselnya.
“Tuuuuuuttttttt………………” Terdengar bunyi koneksi telpon. Ia menunggu sejenak. Hatinya tidak karuan rasanya. Berdebar-debar.
“Hallo…………………”Terdengar suara yang sudah tidak asing lagi bagi koko. Eka gadis yang dicintainnya.
Maka malam itu koko seperti melepaskan rindunya pada kekasih yang sudah tidak lama bertemu. Awalnya ia memang agak canggung. Tapi setelah beberapa saat ia dapat menguasai emosinya. Ia sudah bisa bercanda dengan seorang gadis yang diharapkan dapat menjadi pacarnya itu. Ketika ditanya mengapa ia seminggu ini menghilang koko terpaksa berbohong bahwa ia sedang terkena flu, dan ia tak mau Eka tertular. Koko agak tersentak ketika Eka meminta pendapat tentang pacarnya yang sempat ia temui kemarin. Koko pun dengan agak berat menjawab bahwa meraka berdua serasi, lelaki yang bernama Kiki itu menurutnya juga baik.  Maka perbincangan malam itu pun banyak membahas hubungan Eka dan Kiki. Eka tampaknya sangat bahagia dengan lelaki yang baru beberapa minggu menjadi kekasihnya itu. Sebenarnya hal ini agak berat buat koko yang baru saja mencoba untuk menerima kenyataan. Tapi mendengar tawa dari seorang gadis yang disayanginya sungguh membuat suasana hatinya berubah indah. Meskipun bukan dirinya yang membuatnya tertawa tapi koko mencoba untuk ikut merasakan kebahagian. Malam itu pun Koko tersadar untuk tidak membuang perasaan cintanya. Ia ingin tetap memiliki rasa cinta itu. 
 Jika kemarin hatinya sempat terluka. Ia kecewa karena semua rencananya gagal. Puisi yang sempat ia tulis dengan sepenuh hati mungkin tak kan pernah ia bacakan didepan calon pacarnya itu. Juga boneka kura-kura itu, mungkin memang belum saatnya ia untuk memberikan hadiah itu. Dia berencana untuk memberikannya saat Eka ulang tahun. Sebagai hadiah persahabatan. Koko merasa tidak akan pernah bisa untuk membenci Eka. Dia sadar hatinya selalu menyayangi gadis itu. Maka ia akan menerima kenyataan ini. Ia terus berdoa agar Tuhan memberikan cerita lain antara dirinya dengan gadis yang dicintainya itu suatu hari nanti. Ia menerima kisah ini sebagai kisah cinta yang belum berakhir. Karena ia masih percaya ada cinta dihatinya. Cinta yang tulus untuk gadisnya. Ia sangat percaya Tuhan punya alasan mengapa Ia menamkan rasa cinta itu. Alasan yang belum ia ketahui saat ini.




4 komentar:

  1. maaf buat para pembaca yang kebetulan mampir kalo bahasanya masih kurang, maklum lagi belajar, hehehe, mohon kritik dan sarannya ya.. trimakasih. :)

    BalasHapus
  2. Ada dua kemungkinan:
    (1) Bela sungkawa atas yang dialami Koko.
    (2) Respon atas curhatnya Eko.

    :D

    BalasHapus