Lembaran Hati Satu
Koko
lagi bahagia karena dia akan menyatakan
cinta. Sudah lama ia memendam rasa pada seorang gadis yang menjadi teman satu
kelasnya. Sudah berulang kali ia mencoba untuk menyatakannya tapi selalu gagal
karena rasa malu yang terlalu menguasai dirinya. Namun hari ini berbeda entah
karena sudah tidak tahan memendam perasaannya atau takut gadis yang dicintainya
bakal direbut lelaki lain. Ia bertekad akan mengungkapkan perasaanya besok.
Semalaman ia tak bisa tidur. Ia hanya berbaring diatas kasur sambil mereka kata-kata
apa yang akan dia ucapkan untuk mengungkapkan perasaannya. Ditengah malam yang
sunyi dan gerimis itu ia menulis sebuah puisi yang rencananya akan ia bacakan
kepada calon pacarnya itu. Puisinya sederhana yang penting baginya adalah pesan
yang ingin ia sampaikan jelas yaitu menyatakan cinta. Dalam secarik kertas
putih bergaris itu ia menulis:
Lama aku telah mengenalmu
Add caption |
Awalnya
tak ada rasa
Hanya sekedar bersahabat
hanya sekedar berteman
Tapi…
Ada getaran yang tak
kumengerti
Yang pelan-pelan muncul
didalam hatiku
Sempat tak kupedulikan getaran itu
Tapi…
getaran itu mulai mengusikku
Ia menguasaiku ia bertahtah
dihatiku
Kubertanya apakah getaran itu?
Aku mencari tahu
Hingga akhirnya aku temukan
arti dari getaran itu
getaran itu ternyata cinta.
Aku sadar aku mencintaimu
Dan aku mau kau jadi cintaku.
Koko
tampak tersenyum-senyum sendiri setelah membaca puisinya. Tak bisa ia bayangkan
bagaimana besuk ia akan membacakan puisi itu didepan gadis yang ia cintai. Ia
merasa gentar . Tapi ia sudah membulatkan tekad untuk menyatakan cintanya.
Malam ini koko benar-benar tidak bisa tidur. Ia gelisah pada peristiwa yang
akan terjadi esok. Ia hanya bisa terbaring sambil sesekali membolak-balik
tubuhnya diatas tempat tidur. Matanya terpejam tapi ia masih tersadar.
Keesokkan
harinya. Koko telah sejak tadi pagi
berdadan didepan cermin. Kemarin ia sudah mempersiapkan baju yang bakal ia
kenakan hari ini. Sebuah kemeja berwarna abu-abu dengan garis-garis hitam. Juga
celana jeans yang memiliki warna senada dengan motif kemejanya. Hitam. Ia ingin
tampil tenang dengan mengenakan pakaiaan yang tidak terlalu berwarna. Meskipun
hatinya sedang luar biasa meriah, berwarna-warni karena cinta. Tak lupa Koko
memberikan gel pada rambut cepaknya agar tampak basah dan tetap kuat tertata
rapi. Juga ia semprotkan minyak wangi untuk membuatnya lebih percaya diri.
Setelah meyakinkan dirinya bahwa penampilannya sudah oke ia kemudian beranjak dari kamarnya. Sebuah tas kulit selempang
ia kenakan. Ia kemudian mengambil sebuak kotak yang terbungkus kertas kado
diatas meja belajarnya. Kotak itu berisi sebuah boneka kura-kura yang nanti
akan ia berikan kepada calon pacarnya. Calon pacarnya itu memang gemar
mengoleksi pernak-pernik berbentuk
kura-kura.
Ia
kemudian keluar kamar dan segera menuju ke garasi dimana motorya terparkir.
Ketika akan menyalakan motor medadak ia kembali berlari kekamarnya. Koko tampak
mencari-cari sesuatu. Selembar kertas yang berisi puisi ciptaannya tadi malam
hampir saja tertinggal. Ia menemukan puisi tersebut terselip diantara buku-buku
pelajarannya. Koko gembira. Diciuminya kertas itu. Ia terseyum dan tersipu malu
membayangkan puisi itu sebagai calon pacarnya.
Setelah
memastikan tak ada yang tertinggal koko memacu kendaraanya. Ia melaju dengan
kecepatan sedang. Sambil bernyanyi lagu-lagu cinta ia mengendari motornya
menuju rumah calon pacarnya itu. Pagi menjelang siang itu jalanan memang agak ramai. Maklum hari ini adalah
hari minggu. Pastinya banyak keluarga yang ingin menghabiskan waktunya diluar. Udara
jadi tak sesegar pagi tadi. Apalagi langit malah mendung. Membuat suasana jadi
agak suram. Bulan ini memang masih berada pada bulan basah dimana matahari agak
malas untuk menyinari bumi. Dan awan-awan hitam yang begitu setia mengisi
langit pada bulan ini. Tapi bagi koko itu bukan halangan. Ia tak peduli meski
cuaca mendung. Bahkan ia tak peduli meskipun cuaca cerah. Bukan sesuatu yang
perlu dikeluhkan karena hatinya sedang senang. Hatinya sedang dipenuhi
bunga-bunga cinta.
Rencananya hari ini ia akan menjemput calon
pacarnya itu. Kemudian mereka berdua akan jalan-jalan ke taman kota. Sambil
berwisata kuliner karena di taman kota banyak yang menjual makanan. Dari yang
hanya sekedar tenda sampai café-café dengan berbagai konsep modern maupun
tradisional. Disaat makan berdua itulah nanti koko bakal mengungkapkan perasaannya.
Ia sudah sangat tidak sabar untuk segera sampai dirumah calon pacarnya. Sudah
terbayang bagimana mereka berdua nanti akan jalan-jalan keliling taman sambil
melihat bunga-bunga yang sedang merekah juga kupu-kupu indah yang saat ini sudah
jarang terlihat karena miskinnya tanaman. Ah romantisnya. Koko tersenyum
sendiri. Disatu sisi hantinya luar biasa bahagia tapi disisi lain ia resah.
Bercampur hampir membuatnya gila. Detak jantungnya sampai terdengar jelas
ditelinganya.
***
Tak
terasa rumah calon pacarnya telah nampak didepan mata. Koko sedikit gemetaran sampai-sampai
ia lupa untuk melepaskan helmnya. Ia
mengucapkan salam sambil tetap mengenakan helm.
“Assalamualaikum”
koko mengcucap salam. Sejenak ia menunggu tapi tak ada jawaban. Ia pun
mengulanginya dengan suara yang sedikit lebih keras.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam,
eh koko udah nyampe, ayo masuk dulu” tampak seoarang gadis cantik memakai kaos
warna bermotif kura-kura dan jeans model pensil menjawab salam dan
mempersilahkan koko masuk. Gadis itu adalah calon pacar koko.
“hehehe
iya” koko masih gugup.
“lhoh
koko kok helmnya gak dilepas? Tenang disini nggak ada polisi kok, gak bakal kena tilang deh kalo gak pake helm”
canda calon pacarnya.
“hehehe
iya” koko salah tingkah.
Koko
lalu keluar melepas helmnya dan meletakkannya diatas jok sepeda motor
miliknya. Ia kemudian masuk kembali. Ia
duduk sendirian diruang tamu kecil itu. Calon pacarnya sepertinya sedang sibuk
membuat minuman.
“ini
koko diminum tehnya seadanya nggak apa-apa ya? “ calon pacarnya datang sambil
membawa dua gelas teh manis hangat.
“oh
iya terimakasih. Maaf merepotkan”
Tanpa
sadar koko langsung menyambar dan menegak segelas teh itu. Tenggorokannya
memang kering karena jatungnya berdebar-debar. Ia gelisah. Ya, gelisah karena
berhadapan dengan gadis yang dicintainya.
“aahh….”
Koko tampak menghela nafas setelah menegak air itu sampai tandas.
“koko
haus ya? mau aku buatin lagi?” tanya calon pacarnya.
“hah?
Tidak usah. Hehehe” koko tersenyum malu karena tidak bisa menjaga sikapnya. Ia
sempat memarahi dirinya dalam hati karena bertingkah konyol.
“jadi
gimana hari ini? Jadi kita jalan?” tanya koko mengalihkan pembicaraan.
“emmm
jadi, tapi aku boleh ajak seseorang kan koko?” calon pacarnya bertanya.
Koko
agak terkaget. Tapi ia dapat menguasai dirinya untuk tidak berbuat konyol lagi.
“siapa?”
tanya koko menyelidik.
“Lhah
itu orangya datang”
Calon
pacarnya kemudian beranjak keluar menyambut kedatangan seseorang. Koko pun
melihat keluar. Seorang cowok mengenakan jaket kulit hitam dan kacamata
berwarna coklat bening tampak sedang memarkir kendaraanya. Calon pacarnya
kemudian menghampirinya melempar senyum malu-malu. Koko yang melihat gelagat
calon pacarnya tadi jadi bersikap siaga. “Jangan-jangan dia…? Ah tidak mungkin”
koko mencoba untuk tidak berprasangaka yang bukan-bukan.
Setelah
membawa tamu tersebut masuk calon pacarnya kemudian mengenalkannya kepada koko.
“koko
ini kenalin kiki” . koko lalu menjabat tangan kiki. Koko kemudian seolah tak
sabar ingin mengetahui siap sebenarnya kiki itu.
“kiki
ini siapa?. Dia yang mau ikut kita?
“hehehe
iya?”
“kiki
ini temenmu?. Kok nggak pernah cerita ke aku?”
“hehehe
bukan” dari tadi calon pacarnya hanya menjawab pertanyaan koko dengan senyuman
dan jawaban pendek. Ini membuat koko jadi merasa tidak karuan mengetahui fakta
yang sebenarnya akan segera terungkap.
“lalu
dia siapa?” koko bertanya dengan pelan. Dialihkan pandangannya pada kiki.
Sekilas ia menilai wajah lelaki yang muncul tiba-tiba itu. Berkulit putih.
Wajahnya bersih. Berhidung mancung dengan mata yang tajam. Tampan. Sebagai
lelaki ia mengakui kalau lelaki yang bernama kiki itu memang tampan. Sangat
jauh dengan dirinya yang berkulit hitam, hidung pesek dan wajah yang berjerawat.
“
gimana ya? hehehe, bisa dibilang temen deket sih, hehehe” jawab calon pacarnya
dengan sangat pelan. Hingga yang terdengar seperti bisikan angin. Koko
tersentak.
“apa?”
ia ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
“iya
koko dia temen deket alias pacar hehehe gimana ganteng kan?” calon pacarnya
menjawab sambil melempar senyum pada kiki.
“DDDDDDDHHHHHERRRRRRRR……………………….”
Kedua
orang itu terkaget mendengar petir yang tiba-tiba bergemuruh. Calon pacar koko
dan lelaki yang bernama kiki tampak berteriak.
Tapi koko hanya terdiam, sekian detik ia tak sadarkan diri. Matanya kosong. Ia
hanya terduduk lemah dikursi ruang tamu itu.
“koko
kamu kenapa, kok tiba-tiba pucat gitu” calon pacarnya yang merasa aneh dengan
koko kemudian mencoba bertanya. Tapi koko membisu. Ia seolah tak mendengar
suara apapun. Sunyi. Dingin. Gelap dan mencekam.
“koko?
Kenapa kamu sakit?” calon pacarnya kemudian mengoyang-goyang pudak koko.
Koko
akhirnya tersadar. Ia seperti orang yang tiba-tiba dibangunkan dari tidurnya
yang lelap. Tersentak. Terkaget-kaget.
“Koko
gimana?kita jadi pergi nggak nih? kayaknya bentar lagi mau hujan”
“Iya
nih benar sebentar lagi mau hujan” kiki menimpali.
Koko
hanya diam. Ia justru sedang sibuk memperhatikan kedua pasangan kekasih itu.
Serasi sekali. Tampan dan cantik.
“koko
gimana?. Kita tunggu biar hujan turun sekaian saja kali ya?”
“oh
iya” antara sadar dan tidak koko menjawab.
Hujan
pun akhirnya benar-benar turun. Deras. Petirnya juga besar-besar.
Menyambar-nyambar memekakkan telinga. Koko sejak dari tadi sudah melempar pandangannya
keluar. Melihat hujan. Ia tidak sanggup melihat calon pacarnya bercanda berdua-dua
dengan kiki. Mereka berdua tertawa-tawa. Cubit-cubitan. Dan mengangap bahwa
koko tidak ada disitu. Lalu tiba-tiba
saja dipikiran koko muncul sebuah ide. Ia akan beralasan kalau ia ada janji
dengan ayahnya untuk pergi kerumah saudara. Ia ingin segera pulang. Hatinya
sudah tak kuat lagi. Terlalu sakit.
“Eka
maaf aku lupa kalau ternyata hari ini aku ada janji sama ayahku untuk
berkunjung kerumah saudaraku, aku pulang dulu ya?” calon pacarnya yang bernama
eka itu agak kaget mendengar koko yang tiba-tiba ingin pulang.
“lhah…
kok gitu, katanya kita mau main bareng?. Lagian masih hujan deras gini”
“nggak
apa-apa aku bawa jas hujan kok, aku pamit ya?” tanpa memperdulikan lagi eka dan
kiki. Koko langsung melangkah keluar.
“koko,
jangan nekat, hujannya deras sekali nanti motormu malah mogok ditengah jalan!
Lagian besuk kita masuk sekolah, kamu nggak mau sakit kan?”
Tapi
koko sudah tak tahan lagi dengan suasana yang ada diruang tamu itu. Koko
seperti orang kesetanan mengenakan jas hujannya. Terburu-buru. Tergagap-gagap.
Lalu dengan membunyikan klakson sebagai tanda pamit ia melesat meninggalkan
rumah calon pacarnya. Maka untuk kesekian kalinya koko gagal lagi untuk
mengungkapkan perasaannya. Hatinya tumbang. Bunga-bunga cinta yang tumbuh
dihatinya ternyata hanya calon. Ia tidak pernah benar-benar berbunga menjadi
miliknya sepenuhnya.
Bumi kali ini benar-benar kualahan menghadapi
amukan hujan. Air seolah ditumpahkan dari langit tiada henti. Luar biasa deras.
Dimana mana air menguasai sudut sudut tempat juga suasana. Basah. Tanah maupun
aspal sudah sejak tadi tergenang. Pohon-pohon sudah tidak sanggup menyerap
derasnya air hujan. Udara juga sudah dipenuhi dengan titik-titik air. Penuh
sesak sehingga mengurangi jarak pandang. Udara menjadi seperti berkabut.
Ditengah
hujan yang luar biasa deras itu koko memacu motornya. Ia melaju dengan kencang.
Kalap! Hatinya baru saja terluka.
Perih. Dadanya terasa sesak bukan karena
hawa dingin tetapi peristiwa yang menggoncang hatinya. Maka diantara petir-petir yang menyambar-nyambar
ia menjerit. Panjang. Bukan pula karena takut akan suara petir tetapi karena ia
ingin melepaskan kesakitannya. Ia ingin mengobati lukanya. Tanpa sadar air
matanya pun terjatuh. Mengalir bercampur bersama aliran air hujan yang menerpa
wajahnya. Air mata yang hangat itu
seketika berubah menjadi beku karena bercampur dengan dinginnya air hujan.
***
Sudah
satu minggu ini koko menghindar dari Eka. Disekolah ia selalu bersembunyi
ketika melihat Eka. SMS darinya juga tidak pernah lagi ia balas. Ia ingin menenangkan
diri sejenak. Ia sedang mencoba untuk menata kembali hatinya setelah hancur oleh kenyataan yang tak pernah
ia sangka.
Malam
ini koko tiba-tiba saja merasa begitu rindu dengan Eka. Satu minggu tanpa
kehadiran dirinya memang terasa hambar. Koko ragu-ragu untuk memulai hubungan.
Ia takut hatinya akan marah. Ia juga takut hatinya akan kecewa. Bahkan terluka
lagi. Tapi koko berusaha untuk melawan semua perasaan negatif itu. Ia pun
memutuskan untuk menelpon gadisnya itu. Dengan menarik nafas dalam dan
menghempaskannya dengan keras koko mencoba untuk melepaskan beban yang terasa
menyesakkan dadanya. Dengan tangan yang gemetar ia menekan tombol-tombol
diponselnya.
“Tuuuuuuttttttt………………”
Terdengar bunyi koneksi telpon. Ia menunggu sejenak. Hatinya tidak karuan
rasanya. Berdebar-debar.
“Hallo…………………”Terdengar
suara yang sudah tidak asing lagi bagi koko. Eka gadis yang dicintainnya.
Maka
malam itu koko seperti melepaskan rindunya pada kekasih yang sudah tidak lama
bertemu. Awalnya ia memang agak canggung. Tapi setelah beberapa saat ia dapat
menguasai emosinya. Ia sudah bisa bercanda dengan seorang gadis yang diharapkan
dapat menjadi pacarnya itu. Ketika ditanya mengapa ia seminggu ini menghilang
koko terpaksa berbohong bahwa ia sedang terkena flu, dan ia tak mau Eka
tertular. Koko agak tersentak ketika Eka meminta pendapat tentang pacarnya yang
sempat ia temui kemarin. Koko pun dengan agak berat menjawab bahwa meraka
berdua serasi, lelaki yang bernama Kiki itu menurutnya juga baik. Maka perbincangan malam itu pun banyak
membahas hubungan Eka dan Kiki. Eka tampaknya sangat bahagia dengan lelaki yang
baru beberapa minggu menjadi kekasihnya itu. Sebenarnya hal ini agak berat buat
koko yang baru saja mencoba untuk menerima kenyataan. Tapi mendengar tawa dari
seorang gadis yang disayanginya sungguh membuat suasana hatinya berubah indah.
Meskipun bukan dirinya yang membuatnya tertawa tapi koko mencoba untuk ikut
merasakan kebahagian. Malam itu pun Koko tersadar untuk tidak membuang perasaan
cintanya. Ia ingin tetap memiliki rasa cinta itu.
Jika kemarin hatinya sempat terluka. Ia kecewa
karena semua rencananya gagal. Puisi yang sempat ia tulis dengan sepenuh hati
mungkin tak kan pernah ia bacakan didepan calon pacarnya itu. Juga boneka
kura-kura itu, mungkin memang belum saatnya ia untuk memberikan hadiah itu. Dia
berencana untuk memberikannya saat Eka ulang tahun. Sebagai hadiah
persahabatan. Koko merasa tidak akan pernah bisa untuk membenci Eka. Dia sadar
hatinya selalu menyayangi gadis itu. Maka ia akan menerima kenyataan ini. Ia
terus berdoa agar Tuhan memberikan cerita lain antara dirinya dengan gadis yang
dicintainya itu suatu hari nanti. Ia menerima kisah ini sebagai kisah cinta
yang belum berakhir. Karena ia masih percaya ada cinta dihatinya. Cinta yang
tulus untuk gadisnya. Ia sangat percaya Tuhan punya alasan mengapa Ia menamkan
rasa cinta itu. Alasan yang belum ia ketahui saat ini.
maaf buat para pembaca yang kebetulan mampir kalo bahasanya masih kurang, maklum lagi belajar, hehehe, mohon kritik dan sarannya ya.. trimakasih. :)
BalasHapusSabar ya ko....
BalasHapusmaksude apa lin???? @.@
BalasHapusAda dua kemungkinan:
BalasHapus(1) Bela sungkawa atas yang dialami Koko.
(2) Respon atas curhatnya Eko.
:D